Tuesday, July 16, 2013

Kisah Awan Kecil di antara Langit dan Bumi


Di musim penghujan terakhir Tiupan Angin membawa awan-awan ke langit yang lain. Namun Ada satu awan yang tidak turut serta. Awan Kecil yang baru terbentuk dari uap laut yang biru. Ia – Awan Kecil tidak mau mengikuti tiupan angin  karena saat  pertama kali melihat Langit Yang Satu, Ia menjadi sangat kagum oleh birunya yang dalam.


Awan kecil sangat menyukai Langit Yang Satu yang diam tapi hangat. Birunya membawa suasana yang haru dan merindu. Namun awan kecil tidak tahu Langit Yang Satu tidak selalu biru, tidak pula selalu hangat. Ia – Awan Kecil menyaksikan perlahan-lahan Langit Yang Satu berubah menjadi jingga, hingga pada suatu titik waktu, menjadi hitam pekat, kelam dan dingin. Awan kecil sedih melihat sisi lain dari Langit Yang Satu. Tapi tak apa! Ia akan menunggu Langit Yang Satu hingga kembali kepada biru yang dalam dan hangat, yang Awan Kecil suka. 

Suatu ketika, Tiupan Angin kembali untuk mengantar Awan Kecil yang tertinggal untuk pergi ke musim penghujan awal di utara. Tapi, Awan Kecil bersikeras ingin menunggu Langit Yang Satu kembali menjadi biru. Ia memohon kepada Tiupan Angin untuk ikut menunggu kemudian pergi bersama Langit Yang Satu ke manapun Tiupan Angin Mengarahkan. 

Penantian Awan Kecil terbayar, Langit Yang Satu kembali biru dan hangat. Ia – Awan Kecil mulai menyapa dan mengajak Langit Yang Satu untuk pergi bersama mengikuti Tiupan Angin. Namun, Langit Yang Satu memiliki Bumi yang harus diawasinya. 

Dulu Bumi itu Indah berwarna pepohonan yang segar. Tapi kini Bumi mulai berwarna gersang kekeringan. Lalu kenapa Langit Yang Satu harus mengawasinya? Begitu pikir Awan Kecil. Itu karena Langit Yang Satu harus memastikan ada tempat bagi berlangsungnya musim penghujan awal – tempat lahirnya kesuburan di Bumi.

Langit Yang Satu pun kembali kelam. Awan kecil menyuruh Tiupan Angin untuk pergi dan Ia pergi.

Awan Kecil menjadi sedih..  Sedih Sekali. Menyaksikan Langit Yang Satu semakin dingin dan menghitam, Ia – Awan Kecil memutuskan menjadi Kelabu. Tangisannya berbuah hujan. Hujan yang sangat deras tak henti  turun ke Bumi perlahan mengikis titik-titik embun dari Awan Kecil hingga tak bersisa. 

Langit Yang Satu Kembali dengan warna birunya. Bumi kembali dengan warna pepohonan yang segar. Namun mereka merindu Awan Kecil yang kini tidak ada lagi di antara mereka.